July 21, 2009

Dimana Hati Nurani Seorang Fotografer?


Kejadian Bom Marriott dan Ritz Carlton menyisakan duka yang teramat dalam terutama bagi para korban dan keluarganya. Beberapa saat setelah kejadian, dengan cepat beredar foto-foto dan gambar-gambar baik lewat e-mail maupun blackberry messenger (bbm) yang memperlihatkan korban akibat bom tersebut.

Terekam foto seorang korban, dengan kondisi sangat mengenaskan. Seluruh badan penuh luka dan darah, termasuk dibagian kepada dan mata.Beberapa fotografer mengabadikan moment tersebut, bagi mereka ini adalah momen eksklusif. Namun sesungguhnya ini adalah momen yang tragis. Seseorang yang sedang kesakitan, berjuang antara hidup dan mati, sakaratul maut- dimanfaatkan oleh seorang fotografer untuk sebuah eksklusivitas atau publisitas. Dimanakah hati nurani sang fotografer? Kita tidak tahu apakah sang fotografer seorang wartawan atau bukan.
Bagaimana kalau kejadian seperti ini menimpa kerabat atau saudara mereka? Apakah mereka tidak peduli dengan perasaan keluarga korban?Bila Anda seorang fotografer, sungguh terlalu naif apabila mengharapkan penghargaan pulitzer atau apapun dengan memanfaatkan foto ini. Sedangkan bila Anda seorang amatir yang kebetulan sedang berada disana, yang Anda dapatkan hanyalah popularitas semu! Mungkin satu nyawa akan tertolong apabila pada saat itu, anda meletakkan kamera dan memberikan pertolongan pertama kepada korban.

Semoga, ini menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa sebagai apapun, kondisi apapun, kita masih harus tetap menempatkan hati nurani diatas yang lainnya.

*) deepest condolence to Mr. Timothy Mackay (presdir Holcim Indonesia) dan semua korban tragedi bom JW Marriott dan Ritz Carlton.

Tulisan ini dimuat juga di kompasiana dengan link:
http://public.kompasiana.com/2009/07/21/dimana-hati-nurani-seorang-fotografer/

0 comments: