July 22, 2014

Up, Close & Personal with Suryo Suwignjo, CEO Philips Indonesia

Bersamaan dengan buka puasa bersama, Philips Indonesia pada tanggal 21 Juli 2014 mengadakan gathering bersama Bapak Suryo Suwignjo yang menjadi CEO Philips Indonesia. Bapak Suryo ini baru menjabat sebagai CEO baru tiga bulan (April 2014) setelah sebelumnya 24 tahun mengabdi pada perusahaan IBM Indonesia.

Kesempatan bertemu, ngobrol dan bertanya dengan seorang CEO sebuah perusahaan multinasional bisa dikatakan sangat jarang terjadi, namun Philips mengadakan acara tersebut untuk lebih mengenal apa dan siapa itu CEO Philips. Dalam kesempatan tersebut Pak Suryo berbincang dengan santai dengan para undangan yang terdiri dari blogger berbagai komunitas dan beberapa mahasiswa universitas ternama. Dipandu oleh blogger senior Ndorokakung acara berlangsung meriah dan hangat.

Ndorokakung yang menjadi moderator dalam acara Bincang Philips
bersama CEO Philips Indonesia Suryo Suwignjo

Setelah sesi buka puasa dengan makan bersama selesai acara kemudian dimulai dengan pemutaran video tentang napak tilas Philips di dunia. Berdiri di Eindhoven Belanda sejak tahun 1891 oleh tiga orang Gerard, Frederick dan Anton Philips. Awalnya memproduksi lampu lalu berlanjut pada produk gaya hidup dan kesehatan hingga kini. Empat tahun berselang yaitu tahun 1895 produk Philips sudah masuk ke Indonesia. Jadi sudah 100 tahun lebih perusahaan tersebut sudah hadir di Indonesia, melebihi hari kemerdekaan kita. Saat ini Philips sudah hadir di lebih dari 160 negara di dunia.

Fokus Philips pada inovasi. Karena apa yang kita nikmati hari ini adalah hasil dari inovasi. Inovasi tidak terpaku pada hal-hal yang rumit. Hal sederhana pun bisa dikatakan inovasi. Pak Suryo mencontohkan kertas "Post-It" yang merupakan kertas yang diberi lem sehingga bisa menempel dan bisa menjadi catatan ringan atau reminder. intinya adalah jangan puas dengan "status quo". Jangan puas dengan keadaan sekarang. Inovasi terus.Philips sendiri sangat terbuka bagi konsumen untuk memberikan ide atau inovasi agar bisa membuar produk yang bermanfaat. Saya jadi ingat beberapa waktu lalu Philips mengadakan lomba inovasi produk yang nantinya akan diproduksi massal.

Saat ini inovasi andalan dari Philips adalah lampu LED yang bisa tahan dalam waktu 15 tahun. Saya jadi ingat beberapa tahun lalu Philips mempunyai tagline "Terus terang Philips terang terus". Beberapa lokasi di Jakarta sudah menggunakan lampu LED ini seperti Bunderan HI, Monas, Kepulauan Seribu, Banjir Kanal Timur, dll. Begitu juga di kota lain seperti Gedung sate dan jembatan Pasupati di Bandung, Jembatan Ampera, Jembatan Suramadu, dll. Ini adalah salah satu kontribusi Philips untuk pemerintah dengan pembiayaan 50:50 atau semi CSR.

Produk Philips di bidang kesehatan sangat sarat dengan inovasi. Jadi bukan produk kesehatan yang asal-asalan. Perlu riset yang cukup panjang. Itulah mengapa produk Philips harganya diatas harga produk lainnya. Salah satu produk andalannya adalah mother care berupa breast pump, sterilisasi, foto janin 4 dimensi yang mirip foto biasa. Ada juga ring untuk penyalur aliran darah dari jantung yang tersumbat, dll.

Saat sesi tanya jawab saya sendiri bertanya kepada Pak Suryo, "Apa pertimbangan bapak untuk pindah ke Philips Indonesia setelah 24 tahun di IBM? Apa motivasinya." Pak Suryo sendiri menjawab ingin adanya tantangan baru dan selama ini CEO Philips Indonesia diisi oleh orang asing. Jadi Pak Suryo ini orang Indonesia pertama yang menduduki jabatan puncak. Dan itu diraih dalam usia 48 tahun. Selain itu bisnis IBM hanya B2B (Business to Business) sedangkan Philips B2C (Business to Consumers). Jadi inilah salah satu tantangannya.

Ketika saya bertanya diabadikan oleh @IbuFadlun

Beberapa peserta lainnya bertanya mengapa harga produk Philips mahal, apakah tidak bisa menjangkau semua lapisan masyarakat? Pak Suryo menjawab dengan diplomatis bahwa semua produk Philips perlu riset terlebih dahulu yang memakan biaya dan waktu, itulah mengapa harga produk menjadi premium, ada biaya untuk riset yang tidak sedikit. Selain itu hasil risetpun jika tidak cocok tidak akan dipakai padahal sudah mengeluarkan biaya cukup banyak.

Tetapi sebenarnya ada juga produk yang bisa dijangkau oleh masyarakat bawah, seperti produk menanak nasi yang harganya bersaing dengan produk korea. Bahkan ada inovasi tambahan seperti bisa menyimpan lauk-pauknya, bukan hanya nasi, tanpa terkontaminasi baunya. Ada juga lampu pijar yang harganya hanya 3.000an.

Selain itu ada juga program CSR seperti Kampung Terang Philips yang awalnya tidak ada listrik dan lampu, kemudian disulap menjadi terang benderang. Kerjasama dengan pemerintah seperti menyediakan lampu di landmark kota seperti yang disebutkan diatas, dll.

Setelah sesi tanya jawab selesai (ada sekitar 9 penanya) akhirnya acara ditutup dan diakhiri dengan foto selfie dengan Pak Suryo dan moderator Ndorokakung. Saya sendiri berdiri persis di belakang Pak Suryo. Berikut foto hasil dari mimin @Philips_ID

Selfie with CEO Philips Indonesia

Diakhir acara saya juga mendapat hadiah berupa speaker portable karena menjadi salah satu penanya dan lampu portable touch screen warna-warni untuk semua undangan.

Terima kasih Philips. Teruslah berinovasi seperti taglinenya :

OUR MISSION IS JOURNEY NOT DESTINATION



0 comments: