April 30, 2012

Lelaki dan Bunga Tanjung (3)


Sebuah kisah yang ditulis oleh Ani Bertha tentang Lelaki dan Bunga Tanjung, yang merupakan permainan rantai cerita seri #3penguasa. Di grup ini, aku harus melanjutkan kisah yang dibangun @aniringo dan @mataharitimoer. dan inilah akhir ceritanya.

***
 
Hampir setiap hari wanita itu selalu setia berada di tempat yang sama, diujung jembatan gantung. Setiap hari selama 7 tahun tidak ada yang dilakukannya selain berdiri ditempat itu setelah adzan maghrib. Disini ia melepas rindu kepada lelaki yang pernah singgah dihatinya. Disini ia bisa merasakan bau harum bunga tanjung kesukaannya. Setelah puas menikmati aroma bunga tersebut, Sekar kembali pulang ke tempat asalnya tidak jauh dari tempat itu.

Hingga suatu pada suatu hari ia memberanikan diri mendekati lelaki itu saat berada di tengah jembatan. Aku mencintaimu seperti puisi mencintai sepi, takkan berhenti meski telah tertikam berkali-kali.Ia merayapi setiap langkah jembatan itu tanpa suara, karena tertelan oleh suara gemuruh sungai dibawahnya. Semakin lama aroma tubuh lelaki itu semakin dikenalnya. Sekar bertekat memaafkan lelaki yang pernah menyakitinya. Rindunya mengalahkan asa. Sebelum Sekar menghampirinya, lelaki itu tiba-tiba berbisik.

Sekar,
Akulah lelaki durjana,
Pantas kau jauhi,
Pantas kau kutuk...

Asaku hilang ditelan masa,
Tak ada lagi jiwa,
Hidupku hampa...  

Mencium aroma tubuh lelaki itu Sekar semakin yakin bahwa lelaki itu adalah pujaannya 7 tahun lalu. Hingga ia berani berkata, “Mas Wanto...ini aku mas...Sekar...Sekarmu...” ujarnya sambil terisak. Tapi Wanto tidak bergeming. Tatapannya kosong seperti kebingungan. Sekar hanya bisa menangis. Lalu ditariknya lengan Wanto menuju ujung jembatan dimana tadi ia berdiri. “Ayo mas kita pulang.” Ujar Sekar yang kini kembali bersemangat. Wanto hanya mengikutinya dari belakang. Wanto dibawanya ke sebuah jalan setapak yang berliku. Kadang kaki Wanto terantuk batu yang terhalang oleh rerumputan. Hingga akhirnya mereka tiba disuatu tempat yang dipenuhi oleh pohon kamboja. “Ini...ini rumahku Mas!” Sekar menunjuk sebuah batu nisan. Seketika Wanto ambruk dan berdiri dengan kedua lututnya. Matanya mulai berkaca-kaca. Dibersihkannya batu nisan yang sudah kusam itu dan tertulis “SEKAR AYU NINGRUM”.

6 comments:

anny said...

Ow ternyata istri si lelaki berkaos oblong putih itu telah pergi meninggalkan dunia, duh kasian sekali lelaki durjana itu hehehe....

wongkamfung said...

Hiks.

mt said...

oh

Unknown said...

.akhirNy meNyedihkaN :-(

Unknown said...

.akhirNy meNyedihkaN :-(

Unknown said...
This comment has been removed by the author.